Jakarta, mediacenter.kpu.go.id-Wacana yang ramai dibicarakan saat ini seputar akan terjadinya kiamat pada tahun 2012, secara science, menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) ternyata sama sekali tidak berdasar. Adanya issue tersebut sepertinya sengaja dihembuskan oleh pihak-pihak yang memang ingin memperoleh “keuntungan”. Demikian hasil kesimpulan yang dapat dirangkum dari Pertemuan Forum Komunikasi Kehumasan Pemerintah (Bakohumas) yang digelar di Gedung LAPAN, Jakarta Timur pada hari Selasa (15/12).
Forum yang beranggotakan Bakohumas dari Instansi Pemerintahan tersebut memang rutin mengadakan pertemuan-pertemuan semacam itu untuk membahas tema-tema yang sedang in di masyarakat. Tema yang diangkat kali ini adalah “Fenomena Cuaca Antariksa 2012”.
Dalam sambutannya, Menteri Riset dan Teknologi I (Menristek) RI Suharna Surapranata memberikan beberapa arahan mengenai fenomena cuaca 2012. Menurutnya, tidak seorang pun yang dapat meramalkan kapan terjadinya kiamat, pun dengan teknologi yang paling canggih sekalipun, karena hal tersebut merupakan rahasia Tuhan. “Kapan terjadinya kiamat kan tidak ada yang tahu, maka kita tidak perlu terlalu ketakutan, kembalikan saja pada keyakinan kita masing-masing, “tandasnya.
Acara yang diisi dengan Talk Show yang dipandu oleh Edwin Manansang ini menampilkan beberapa pembicara yang merupakan ahli di bidangnya masing-masing. Mereka adalah Drs. Sri Kaloka Prabotosari, Drs. Clara Yono Yatini, M.Sc. serta Dr. Taufik Hidayat. Gambaran fenomena cuaca antariksa, pengamatan aktivitas matahari, termasuk siklus badai matahari serta pengaruh cuaca antariksa diulas secara gamblang oleh ketiga pakar tersebut.
Dari hasil paparan para pakar diketahui bahwa yang akan terjadi pada tanggal 21 atau 23 Desember 2012 ternyata adalah semacam puncak dari siklus bintik matahari (flare) yang telah terjadi berulang kali sejak lama (sekarang siklus ke 24-red). Seperti yang sudah-sudah, pada kenyataannya tidak terjadi sesuatu yang istimewa atau luar biasa. Kemungkinan yang akan mengalami gangguan adalah hal-hal yang terkait dengan system komunikasi-telekomunikasi, medan magnet yang berkaitan dengan listrik, navigasi udara, keberadaan system informasi satelit, astronot (dosis radiasi tinggi), dan iklim di bumi.
Adapun kaitannya dengan ramalan yang bersumber dari penanggalan suku Maya (Yucatan, Mexico-red), menurut T. Hidayat, tanggal 21 Desember merupakan masa berakhirnya sistem penanggalan mereka (tahun baru-red). Menurut kalender Suku Maya yang menggunakan sistem penghitungan Long Count, pada tanggal tersebut akan terjadi “pembersihan alam semesta”, maka setelahnya tidak ada lagi kehidupan. “Dengan memakai asumsi ini, hypothesis tersebut dengan sendirinya gugur karena sistem penanggalan mereka memang berakhir pada tanggal tersebut (21 Desember-red), sedangkan sistem penanggalan Gregorian yang kita pakai masih terus berlanjut, “tandas Hidayat.
Dalam rangka ulang tahun LAPAN yang keenam, pada kesempatan tersebut juga hadir para pemenang Lomba Karya Tulis Ilmiah LAPAN di bidang science. Mereka adalah Adrianus Dharmawan (Pemenang I, Majalah Angkasa, judul tulisan: LAPAN Siap Buat Roket Berdaya Jangkau 300 km), Chandra Dewi (Pemenang II, Koran Tempo, judul tulisan: Menuai Angin di Cipularang) dan Yuni Ikawati (Pemenang III, Koran Kompas, judul tulisan: Melangkah Menuju Peluncuran Satelit).
***(dd/nia/red)
Forum yang beranggotakan Bakohumas dari Instansi Pemerintahan tersebut memang rutin mengadakan pertemuan-pertemuan semacam itu untuk membahas tema-tema yang sedang in di masyarakat. Tema yang diangkat kali ini adalah “Fenomena Cuaca Antariksa 2012”.
Dalam sambutannya, Menteri Riset dan Teknologi I (Menristek) RI Suharna Surapranata memberikan beberapa arahan mengenai fenomena cuaca 2012. Menurutnya, tidak seorang pun yang dapat meramalkan kapan terjadinya kiamat, pun dengan teknologi yang paling canggih sekalipun, karena hal tersebut merupakan rahasia Tuhan. “Kapan terjadinya kiamat kan tidak ada yang tahu, maka kita tidak perlu terlalu ketakutan, kembalikan saja pada keyakinan kita masing-masing, “tandasnya.
Acara yang diisi dengan Talk Show yang dipandu oleh Edwin Manansang ini menampilkan beberapa pembicara yang merupakan ahli di bidangnya masing-masing. Mereka adalah Drs. Sri Kaloka Prabotosari, Drs. Clara Yono Yatini, M.Sc. serta Dr. Taufik Hidayat. Gambaran fenomena cuaca antariksa, pengamatan aktivitas matahari, termasuk siklus badai matahari serta pengaruh cuaca antariksa diulas secara gamblang oleh ketiga pakar tersebut.
Dari hasil paparan para pakar diketahui bahwa yang akan terjadi pada tanggal 21 atau 23 Desember 2012 ternyata adalah semacam puncak dari siklus bintik matahari (flare) yang telah terjadi berulang kali sejak lama (sekarang siklus ke 24-red). Seperti yang sudah-sudah, pada kenyataannya tidak terjadi sesuatu yang istimewa atau luar biasa. Kemungkinan yang akan mengalami gangguan adalah hal-hal yang terkait dengan system komunikasi-telekomunikasi, medan magnet yang berkaitan dengan listrik, navigasi udara, keberadaan system informasi satelit, astronot (dosis radiasi tinggi), dan iklim di bumi.
Adapun kaitannya dengan ramalan yang bersumber dari penanggalan suku Maya (Yucatan, Mexico-red), menurut T. Hidayat, tanggal 21 Desember merupakan masa berakhirnya sistem penanggalan mereka (tahun baru-red). Menurut kalender Suku Maya yang menggunakan sistem penghitungan Long Count, pada tanggal tersebut akan terjadi “pembersihan alam semesta”, maka setelahnya tidak ada lagi kehidupan. “Dengan memakai asumsi ini, hypothesis tersebut dengan sendirinya gugur karena sistem penanggalan mereka memang berakhir pada tanggal tersebut (21 Desember-red), sedangkan sistem penanggalan Gregorian yang kita pakai masih terus berlanjut, “tandas Hidayat.
Dalam rangka ulang tahun LAPAN yang keenam, pada kesempatan tersebut juga hadir para pemenang Lomba Karya Tulis Ilmiah LAPAN di bidang science. Mereka adalah Adrianus Dharmawan (Pemenang I, Majalah Angkasa, judul tulisan: LAPAN Siap Buat Roket Berdaya Jangkau 300 km), Chandra Dewi (Pemenang II, Koran Tempo, judul tulisan: Menuai Angin di Cipularang) dan Yuni Ikawati (Pemenang III, Koran Kompas, judul tulisan: Melangkah Menuju Peluncuran Satelit).
***(dd/nia/red)
0 komentar:
Posting Komentar